17 Juni 2024
370
Jadi Khatib Salat Idul Adha, Wali Kota Sampaikan Makna Idul Adha

SAMARINDA. KOMINFONEWS - Wali Kota Samarinda,Dr H Andi Harun menjadi khatib atau penceramah pada salat Idul Adha 1445 Hijriah di Kampus Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) yang berlokasi di Jalan Juanda, Senin (17/6/2024) pagi tadi.
Dalam ceramahnya, Andi Harun mengangkat tema implementasi Idul Adha melalui pengorbanan, kemanusiaan, dan akar kemajuan peradaban.
“Idul Adha tidak hanya dirayakan oleh umat Islam yang beruntung melaksanakan haji, namun juga dirayakan penuh sukacita oleh umat Islam di seluruh dunia,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Idul Adha mengingatkan umat Islam tentang suatu aspek fundamental dalam praktek keimanan setiap muslim, yaitu ibadah kurban atau pengorbanan.
"Fakta pengorbanan Nabi Ibrahim bersama anaknya Nabi Ismail dan istri-istrinya Siti Sarah dan Siti Hajar menjadi esensi dari khutbah Idul Adha hari ini," lanjutnya.
Andi Harun menyampaikan tiga poin utama dalam khutbahnya:
Kurban dan Implementasi Keimanan serta Ketaqwaan
Ia menyoroti kisah Siti Sarah yang terus berdoa untuk diberi keturunan dan akhirnya dianugerahi anak meski sudah berusia lanjut. Hal ini menekankan pentingnya keteguhan iman dan ketaqwaan dalam menjalani kehidupan.
Kurban dan Implementasi Nilai Kemanusiaan
Menurutnya, perintah kurban bukan hanya memperkukuh kesalehan individu (penyerahan diri kepada Allah) tetapi juga menekankan kesalehan sosial. Ritus ini berfungsi sebagai pengulangan perasaan dan sikap yang memperkuat solidaritas sosial di antara umat.
Kurban dan Akar Kemajuan Peradaban Bangsa
Andi Harun mengisahkan hijrahnya Siti Hajar dan putranya Ismail ke Lembah Bakkah, sebuah kawasan tandus dan tak berpenghuni. Perjuangan Siti Hajar yang turun naik di Bukit Shafa dan Marwah dalam mencari makanan dan minuman hingga munculnya air zam-zam menjadi simbol kemajuan peradaban yang berakar dari pengorbanan dan ketabahan.
Andi Harun berharap, khutbah yang disampaikan dapat menginspirasi umat Islam untuk memaknai Idul Adha lebih dari sekadar ritual, tetapi sebagai momentum untuk memperkuat iman, meningkatkan solidaritas sosial, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang mendasari kemajuan peradaban. (FER/KMF-SMR)