TOP NEWS

Top

PDP Yang Meninggal Ada Bawaan Gagal Ginjal, “Warning” Dinkes Hindari Keramaian dan Keluar Kota

PDP Yang Meninggal Ada Bawaan Gagal Ginjal, “Warning” Dinkes Hindari Keramaian dan Keluar Kota

SAMARINDA. Pasien dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang meninggal dunia di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur ternyata memiliki kelainan bawaan penyakit gagal ginjal kronis pada kedua ginjalnya, infeksi saluran kemih dan sindroma down. Hal ini terungkap dalam Press Video Conference Dinas Kesehatan Kota Samarinda bersama RSUD A Wahab Sjahranie difasilitasi Dinas Kominfo Samarinda, Selasa (28/4) siang.


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Samarinda dr Osa Rafshodia mengatakan pasien berumur 13 tahun, berjenis kelamin perempuan dan status PDP ditetapkan pada 27 April (kemarin).


“Hasil pemeriksaan rapid tes reaktif positif dengan status menunggu hasil swab dan informasi yang kami dapatkan ada riwayat perjalanan, salah seorang dari orang tuanya. Hasil rapid tes salah satu orang tuanya reaktif positif dan besok akan dirawat di RS Karantina Samarinda,” terang Osa.


Osa mengatakan pasien PDP tadi telah dimakamkan dengan protokol covid di pemakaman milik Pemerintah Kota Samarinda yang dilaksanakan dan dipimpin BPBD Samarinda. Pemakaman ini di Taman Pemakaman Raudhatul Jannah Jl Serayu RT 20 Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara. Dimana sebelumnya Walikota Samarinda Syaharie Jaang sudah melakukan peninjauan ke lokasi sebagai langkah untuk menghindari penolakan warga terhadap pasien Covid-19, sehingga pemakaman bisa berjalan lancar karena sudah disiapkan.


Dalam kesempatan itu dr Nana dari RSUD A Wahab Sjahranie menjelaskan memang pasien gagal ginjal, namun belum sempat dilakukan tindakan hemodialisa (HD) alias cuci darah.


“Kita berusaha menstabilkan dulu kondisi pasien. Dimana pasien masuk ke rumah sakit dengan kondisi sesak dan sempat tindakan untuk distabilkan, namun belum dilakukan tindakan hemodialisa,” terang Nana.


Mencegah penyebaran, kembali Osa menginformasikan sekaligus sebagai warning kepada warga, dimana beberapa kabupaten/kota disekitar Samarinda telah terdeteksi adanya potensi transmisi lokal, yaitu Bontang dan Kutai Timur.


“Kami telah mendapatkan PDP dari Bontang, Kutai Kartanegara dan Sangatta dengan tes rapid positif dan dirawat di RSUD AWS, RS I.A. Moies dan RS Karantina,” beber Osa seraya memberi sinyal sudah begitu berbahaya untuk berpergian ke wilayah tersebut.


Tak hanya itu lanjut dikatakannya mereka telah mendapatkan PDP dari Balikpapan dengan tes rapid positif.


“Untuk itu kami menghimbau bagi seluruh warga Samarinda untuk menunda bepergian ke luar Kota Samarinda,” pesan Osa.


Bahkan ditegaskannya jika ada warga dari kota sekitar Samarinda, terutama dari Kutai Kartanegara, Bontang, Kutai Timur (Sangatta) agar dapat melaporkan diri ke 112 dan melakukan isolasi mandiri 14 hari. Osa menghimbau warga agar mengurangi/menghentikan aktifitas yang tidak penting selain memenuhi kebutuhan pokok di luar rumah, memakai masker, menghindari kerumunan, menghindari tempat-tempat publik seperti taman dan pusat olahraga. Osa pun mengaku sedih melihat keramaian yang malah terjadi di saat masa puncak pandemi Covid-19 sekarang ini.


Senada juga diingatkan Plt Direktur RSUD A Wahab Sjahranie dr David berpesan di saat masa puncak pandemi ini agar betul-betul menerapkan social dan psychical distancing.


“Jika tidak perlu sekali, jangan keluar rumah. Karena memang selama bulan Ramadhan menjelang buka puasa malah ramai di jalan. Sudah ada beberapa kali kita kecolongan pasien yang masuk dari luar di rapid dan mengakibatkan beberapa petugas kesehatan harus diistirahatkan di RSUD AWS,” bebernya.


Menurutnya jika kondisi seperti ini terus berlanjut dan transmisi lokal terjadi, lama-lama rumah sakit akan lumpuh.


“Rumah sakit bisa lumpuh karena tidak ada lagi petugas medis yang bisa bekerja sebab mereka semua diisolasi. Untuk saat ini saja petugas kami yang diistirahatkan diisolasi lebih 50 orang sambil menunggu hasil rapidnya. Jika memang hasil non reaktif mereka akan bekerja kembali. Tapi ini perlu waktu seminggu, selama seminggu ini siapa yang menangani pasien,” ucapnya khawatir.


Hal inilah yang dikhawatirkan, dimana sebut David bisa saja pasien yang non Covid-19 malah menjadi korban.


“Misalnya pasien-pasien dengan gagal ginjal, hepatitis, pasien mau melahirkan karena semua petugas mereka terpapar dengan Covid-19 sedang beristirahat, sehingga pasien ini terbengkalai dan akhirnya meninggal,” ungkapnya.


Oleh karena itu, ia berharap pers bisa menyampaikan ke masyarakat pentingnya social dan psychical distancing, jaga jarak dan memakai masker, sehingga bisa mengurangi angka transmisi lokal di Samarinda. (KMF2)


Penulis: Doni —Editor: Redaksi