TOP NEWS

Top

Harumkan Nama Samarinda Sebagai Pemuda Pelopor Nasional, Jaang Doakan Azazi Jadi Walikota

Harumkan Nama Samarinda Sebagai Pemuda Pelopor Nasional, Jaang Doakan Azazi Jadi Walikota

SAMARINDA. Kota Samarinda boleh bangga, karena melahirkan pemuda-pemuda kreatif. Salah satunya adalah Rahmad Azazi Rhomantoro. Pria 26 tahun ini mampu menembus nasional sebagai Juara 2 Pemuda Pelopor Nasional Bidang Agama, Sosial dan Budaya.

 

Selasa (10/11) sore, Azazi begitu ia disapa bertamu ke rumah jabatan Walikota Samarinda di Jl S Parman. Didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Erham Yusuf dan Kepala Dinas Kebudayaan Samarinda Adriyani, dihadapan Walikota Syaharie Jaang, Azazi bercerita jika salah satu gagasan yang ia bawa yaitu konsep bagaimana kalangan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan secara formal dapat berkiprah secara optimal. Oleh sebab itu, akhirnya ia membentuk Tirtonegoro Foundation.

 

“Kebetulan di foundation ini saya juga mengurus sub-divisi kesenian Sanggar Seni Perintis yang fokus pada 3 hal yakni tari, musik dan teater. Sedangkan sub-divisi lainnya bergerak di pengembangan literasi, serta inovasi dan teknologi,” ungkap Azazi yang kebetulan sore itu juga didampingi ayahnya.

 

Ia berharap, dengan sanggar seni perintis tadi dirinya bisa mengubah dan mengedukasi anak-anak agar mampu berkembang pesat sejak kecil.

 

Sementara, Walikota Samarinda sendiri memberikan apresiasi yang besar atas capaian yang telah diraih oleh Rahmad Azazi dalam mengharumkan nama Kota Tepian. Jaang tak menyangkal jika prestasi yang telah didapatkan Azazi tadi merupakan momentum yang baik dalam manyambut 75 tahun Indonesia merdeka.

 

“Artinya jika saat ini diusia Azazi yang menginjak 26 tahun sudah berprestasi di tingkat nasional, Insya Allah saat usiannya masuk 51 tahun tepat 100 tahun Indonesia merdeka nanti, maka saya doakan Azazi bisa jadi Walikota,” ungkap Jaang.

 

Karena menurut Walikota dua periode ini selain agama, kreatifitas anak muda merupakan salah satu langkah untuk menyelamatkan bangsa. Apalagi sebagai pekerja seni menurut Jaang tidaklah gampang, pastinya penuh tantangan. Karena di era digital seperti saat ini anak-anak muda sudah terdoktrin dengan hal-hal yang serba modern, sehingga untuk menikmati karya-karya seni tradisional sudahlah sangat langka. Contoh kecil sebut dia, seperti seni wayang kulit yang hingga kini penikmatnya hanya orang-orang usia lanjut.

 

“Oleh sebab itu, pentingnya peran Pemerintah disini seperti di Dispora dan Kebudayaan agar bisa rutin mengagendakan festival-festival seni agar adik-adik kita ini bisa selalu tampil. Bosan juga mereka kalau cuma bisanya latihan aja,” singgung Jaang menutup.(cha/don/kmf-smd)