TOP NEWS

Top

Perangi Ancaman Stunting, Puskesmas Bukuan Dijadikan Role Model

Perangi Ancaman Stunting, Puskesmas Bukuan Dijadikan Role Model

SAMARINDA. Kasus stunting terus menjadi sorotan di tanah air, termasuk di Kota Samarinda. Tak hanya ingin melakukan perencanaan-perencanaan, memerangi ini harus dilakukan dengan aksi nyata di lapangan di antaranya menjadikan Puskesmas Bukuan sebagai role model di Samarinda.

Hal ini dikemukakan langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda Sugeng Chairuddin ketika memimpin Rakor Percepatan Penanggulangan Stunting yang dihadiri unsur instansi di Balaikota, Selasa (19/3).

"Saya minta Puskesmas Bukuan bisa menjadi role model dalam program intervensi percepatan penurunan di kota Samarinda," perintah Sekda. 

Perlu diketahui, strategi nasional percepatan penurunan Stunting di Kota Samarinda terus dilakukan. Sekda memastikan Pemkot Samarinda melakukan perencanaan dan penganggaran program untuk intervensi proritas, khususnya di lokasi dengan prevelensi stunting tinggi atau kesenjangan kecukupan layanan  yang tinggi.

Melalui Rakor percepatan ini, Sugeng mengharapkan ada solusi terbaik untuk memecahkan persoalan agar pencegahan Stunting bisa berjalan optimal. 

Menurut Sugeng stunting memang belum familiar, tapi sekarang menjadi ancaman sehingga perlu diviralkan dan kemudian mempermudah langkah bersama memeranginya.

Stunting ini sendiri merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Stunting umumnya terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh sejak masih dalam kandungan dan balita. Singkatnya stunting adalah kondisi dimana bayi balita tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan umur.

"Angka stunting di kota Samarinda cukup banyak dan ini harus menjadi perhatian oleh Dinkes dan stakeholder lainnya. Bagaimana upaya dari dinas  untuk bisa menekan stunting," imbuh Sekda.

Sementara itu kepala Dinas Kesehatan kota Samarinda drg Rustam menambahkan, waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun  pertama kehidupan. 

Stunting lanjutnya di awal kehidupan  akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif dan fungsional ketika dewasa. "Program KGN (Kampanye Gizi Nasiona) dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh, seperti melakukan aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak mulai dari makanan apa saja yang dibolehkan  untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan termasuk pengetahuan pentingnya ASI eksklusif," terangnya.

Sementara itu gejala Stunting di antaranya, anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya. Berat badan rendah dari anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.(kmf)

Penulis : Setiabudi